Dulu semester 1 saya kuliah di Kyunghee, di salah satu kelas kami disuruh membaca sebuah cerpen Korea yang judul dan penulisnya saya lupa (janji bakal edit post ini kalau udah ketemu judul cerpen dan penulisnya), tapi isinya ngena banget saya nggak pernah bisa lupa sampai sekarang. Betapa “diingat oleh seseorang” itu merupakan sebuah hal yang luar biasa. “Diingat oleh seseorang” berarti eksistensi kita diakui oleh orang lain. “Diingat oleh seseorang” in some ways memenuhi esteem needs kalau berdasarkan Teori hierarki kebutuhan-nya Abraham Maslow. Pas baca cerpen itu, saya merasa, “Ah masa sih sampai segitunya, lebay amat ah.” Tapi di cerpen itu, digambarkan bahwa si tokoh utama, tanpa dirinya sendiri tahu, sudah mengubah kehidupan orang yang mengingat si tokoh utama ini. Ke arah yang positif tentu (janji lagi kalau udah ketemu judul cerpennya bagian ini bakal diedit juga).
Saya baru benar-benar bisa memaknai cerpen itu semester terakhir saya di Kyunghee, sebulan sebelum wisuda. Saat itu, saya bergabung ke tim gabungan Pemda Sukabumi dan APWINC Sookmyung University sebagai interpreter. Tim gabungan tersebut sedang menggodok rancangan program pemberdayaan perempuan di Sukabumi melalui pemanfaatan ICT dan e-Agriculture. Ada materi dari beberapa pembicara, studi banding ke berbagai successful cases, dan di hari terakhir adalah penyusunan rencananya. Rangkaian acaranya 5 hari. Kerjaan saya literally translate semuanya karena saya satu-satunya yang berbahasa Indonesia-Korea-Inggris (ada Kepala Sekolah Canaan Farm, beliau orang Korea yang sudah lama sekali tinggal di Sukabumi. Bahasa Indonesianya fasih tapi beliau gak bisa cepet-cepet switch dan kalau udah lama ngomong dua bahasa, suka error). Ketika acara penyusunan rencana berakhir, baik pihak Pemda Sukabumi maupun pihak APWINC bilang ke saya, “Makasih ya. Kalau nggak ada Nisa, nggak jalan nih.” (kalimat tepatnya bukan begini sih tapi intinya ini)
Continue reading →