You did well. (buku esai Ha Tae Woan – Every Moment was You)

Kemarin setelah jutaan tahun saya akhirnya punya waktu untuk baca buku yang nggak ada hubungannya dengan kerjaan/kampus/belajar. Benar-benar baca buku yang untuk “senang-senang”. Hehehe. Saya baca buku esainya Ha Tae Woan, yang judulnya 모든 순간이 너였다 (Every Moment was You). Beli bukunya pas ke Korea Oktober lalu, karena pas ke Aladin nemu buku kok ya cakep banget sampulnya. Iya alasannya nggak banget, untung itu buku second hehehe.

Sampul buku 모든 순간이 너였다 di YES24 (Korea). Cakep kan.

Tapi ternyata bukunya dinobatkan sebagai salah satu best seller di YES24 tahun 2018. Trus setelah Googling barusan, ternyata udah ada versi Indonesianya dong? Penerbitnya M&C. Tapi nggak tahu penerjemahnya siapa. Kalau buku sebelumnya, 너에게 (To You), itu penerjemahnya teman saya.

Every Moment was You ini isinya ya healing essay, ya motivasi juga. Memang tren buku baik di Korea maupun Indonesia lagi ke situ kan. Mungkin ada yang menganggap buku ini agak-agak gombal bahasanya, cinta-cintaan mulu gimana gitu, tetapi kalau menurut saya, ini underlying messagenya adalah tentang mencintai diri sendiri. Lagi pula, bahasanya nggak gombal yang bikin curling fingers gitu, tapi level yang menghangatkan, memberi rasa bahwa kita dicintai.

Saya belum selesai baca (iyalah baru juga mulai kemarin), tapi dari yang sudah saya baca, ada dua yang saya suka banget.

Saking sukanya kemarin langsung dipos di Instagram Story. Itu yang pink terjemahan saya.

Cinta terjadi dalam sekejap. Tapi akhirnya bisa berubah tergantung apakah kita ini orang yang bisa menangkap cinta yang mendekat itu dengan gagah, atau orang yang malah menendang cinta itu dengan kaki sendiri. Hiyaa. Galau gak tuh? Hehe tapi memang begitu kan… Saya suka gaya bahasa Tae Woan (aduh gak suka sebenernya sama romanisasi ini, tapi si Mas nya sendiri yang milih) di sini. Sederhana, nggak ada sugar coat, tapi masih manis. Kalau misalnya terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesianya bikin lost in translation maafkeun. Coba dicari buku terjemahan aslinya harusnya sih lebih nyampe feel-nya.

Baca judul, udah berair. Baca kata terakhir, udah jatuh air matanya.

Kamu, telah melakukan yang terbaik.
Jangan menyesali pilihan tersebut.
Pada saat itu, pilihan tersebut
adalah usaha terbaikmu,
sekaligus pilihan terbaikmu.
Kamu, jelas telah melakukan yang terbaik.

This hits me so, so hard especially after what happened in October 31, 2019 back then. Sebenarnya tanpa ada kejadian itu juga ini tipe yang akan saya suka banget, tapi gara-gara kejadian itu kalimat-kalimat ini jadi berasa lebih personal lagi. Saya selalu berusaha untuk tidak menyesali apapun keputusan yang pernah saya ambil dalam hidup saya, karena biar bagaimana pun, setiap hal tersebut punya andil hingga saya bisa sampai ke titik yang sekarang. Tapi ya namanya juga manusia, pasti ada lah hal-hal yang bikin menyesal (uhukjurusanesduauhuk). Nah apalagi ini ditulisnya pakai bahasa Korea, jadi lebih-lebih nusuk lagi buat saya. Cuma ya seperti yang ditulis Tae Woan, pilihan tersebut adalah usaha terbaik sekaligus pilihan terbaik pada saat itu, terlepas dari bagaimana kita memandangnya sekarang. Terkadang, atau bahkan seringkali, kita butuh lebih banyak orang yang bilang “it’s okay, you did well!”. Nggak perlu deh orang-orang yang bilang “tuh kan…”, karena tanpa dibilangin gitu juga kita udah ngerasa ada yang kurang or even worse, ada yang salah, jadi nggak perlu dibikin tambah down lagi. Coba ada lebih banyak orang yang ngomong kayak gini ke orang lain. Kalau pun nggak bisa ngasih semangat macam begini, ya setidaknya jangan ngomong yang nyakitin…

Yang ada di sticky note kuning itu tulisan saya, ngulang kalimat-kalimatnya Tae Woan di atas, tapi subjeknya diganti. Diganti siapa? Ya siapa lagi kalau bukan “tokoh utama” dari kejadian 31 Oktober. Seok, kamu jelas telah melakukan yang terbaik, jadi jangan menyesali pilihan tersebut ya.

Leave a comment